Translation
adalah proses pernyataan kembali informasi laporan keuangan dari satu mata uang
ke mata uang lain.
Isu kurs dikombinasikan dengan berbagai methode
translasi yang dapat digunakan dan perlakuan “Laba/Rugi” translasi yang berbeda
membuat perbandingan hasil-hasil laporan keuangan dari satu perusahaan ke
perusahaan lain atau perusahaan yang sama dalam periode yang berbeda menjadi hal
yang sulit.
Alasan-Alasan Untuk Melakukan
Translasi
Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun
laporan keuangan konsolidasi yang memeungkinkan para pembaca laporan untuk
mendapatkan pemahaman yang holistik atas operasi perusahaan, baik domestik dan
luar negeri. Untuk mencapai hal ini, laporan keuangan perusahaan luar negeri
yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang
pelaporan induk perusahaan. Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu
mata uang ke mata uang lainnya disebut translasi.
Masalah yang berkaitan
dengan translasi mata uang,yaitu:
a. Fakta bahwa nilai relative mata uang
asing jarang sekali ditetapkan.
b. Kurs nilai tukar variable, yang
digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan
perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian transalasi, membuat
perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau
perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari satu periode lain sulit
dilakukan. Keadaan ini merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan
multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi hasil operasi dan posisi
keuangan.
c. Untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur resiko suatu
perusahaan terhadap pengaruh mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak
berkepentingan dari luar negeri.
d. Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva
dan kewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang jika suatu
perubahan kurs nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan
(pelaporan) juga berubah.
Akhirnya, skala investasi internasional yang meluas
meningkatkan kebutuhan untuk menyampaikan informasi akuntansi mengenai suatu
perusahaan yang berdomisili di suatu negara kepada pengguna di negara yang lain.
Kebutuhan ini timbul pada saat suatu perusahaan bermaksud untuk mencatatkan
sahamnya di suatu bursa efek luar negeri bermaksud untuk melakukan akuisisi atau
usaha patungan dengan pihak asing, atau ingin mengkomunikasikan hasil operasi
dan posisi keuangan kepada para pemegang saham asingnya.
Latar
Belakang dan Terminologi
Translasi tidak sama dengan konversi, yang
adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain secara fisik. Translasi
hanyalah perubahan satuan unit moneterr, seperti halnya sebuah neraca yang
dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar
AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait
yang terjadi seperti bila dilakukan konversi. Saldo-saldo dalam mata uang asing
ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang domestik berdasarkan kurs nilai
tukar valuta asing yaitu harga satu unit suatu mata uang yang dinyatakan dalam
mata uang lainnya.
Transaksi mata uang asing terjadi pada pasar spot,
forward atau swap. Mata uang yang dibeli atau dijual pada spot umumnya harus
dikirimkan secepatnya yaitu dalam waktu 2 hari kerja. Translasi saldo-saldo
dalam mata uang asing dilakukan sederhana saja, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Nilai ekuivalen mata uang domestik diperoleh dengan mengalikan
saldo dalam mata uang asing dengan kuotasi kurs langsung dengan membagi saldo
mata uang asing dengan kuotasi tidak langsung. Transaksi pada pasar forward
adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran suatu mata uang dengan jumlah
tertentu ke dalam mata uang lain pada suatu tanggal di masa depan. Kuotasi pada
pasar forward dinyatakan dengan diskonto atau premium dari kurs spot. Transaksi
swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau penjualan spot dan
pembelian forward atas suatu mata uang secara bersamaan. Investor sering
memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil keuntungan dari tingkat suku bunga
yang lebih tinggi di suatu Negara asing sembari dalam kesempatan yang sama
melindungi diri dari pergerakan yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar
valuta asing.
Permasalahan
Jika kurs nilai tukar relatif
stabil, translasi mata uang tidak akan lebih sukar dari proses translasi satuan
inci atau kaki menjadi nilai ekuivalennya dalam unit metrik. Namun demikian,
kurs nilai tukar jarang sekali stabil. Mata uang Negara-negara industry maju
menemukan nilainya secara bebas dalam pasar mata uang. Nilai tukar yang
berfluktuasi secara khusus terjadi di Eropa Timur, Amerika Latin, dan beberapa
bagian Asia. Fluktuasi mata uang meningkatkan jumlah nilai tukar translasi yang
dapat digunakan dalam proses translasi dan menimbulkan keuntungan dan kerugian
mata uang asing. Pergerakan mata uang juga sangat berhubungan erat dengan
tingkat inflasi lokal.
Pengaruh Alternatif Kurs Translasi Terhadap
Laporan Keuangan
Ketiga nilai tukar berikut dapat digunakan ketika
melakukan translasi saldo dalam mata uang asing menjadi mata uang domestik,
yaitu :
a. Kurs kini (current), adalah kurs nilai tukar pada saat tanggal
laporan keuangan.
b. Kurs historis (historical), adalah kurs nilai tukar pada
saat suatu aktiva dalam mata uang asing pertama kali diperoleh atau ketika suatu
kewajiban dalam mata uang asing pertama kali terjadi. Umumnya mempertahankan
biaya awal ekuivalen dengan suatu pos dalam mata uang asing dalam laporan
berdenominasi mata uang domestik. Penggunaan kurs nilai tukar historis
melindungi laporan keuangan dari keuntungan dan kerugian translasi mata uang
asing, yaitu dari kenaikan atau penurunan dalam ekuivalen dolar saldo mata uang
asing yang timbul dari fluktuasi kurs translasiantar periode pelaporan.
Penggunaan kurs kini menimbulkan terjadinya keuntungan atau kerugian
translasi.
c. Kurs rata-rata (avarage), adalah rata-rata sederhana atau
tertimbang dari kurs nilai tukar kini atau kurs nilai tukar
historis.
Transaksi mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan
membeli atau menjual barang, dengan pembayaran yang dibuat dalam mata uang asing
atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan mata uang asing. Translasi
diperlukan untuk mempertahankan catatan akuntansi dalam mata uang perusahaan
pelapor. Dari dua jenis penyesuaian transaksi, yang pertama keuntungan dan
kerugian atas transaksi yang terselesaikan, timbul ketika nilai tukar yang
digunakan untuk mencatat transaksi pada awalnya berbeda dengan nilai tukar yang
digunakan pada saat penyelasian. Jenis kedua penyesuaian transaksi adalah
keuntungan dan kerugian dari transaksi yang belum terselesaikan timbul ketika
laporan keuangan disusun sebelum suatu transaksi diselesaikan.
Kurs nilai
tukar yang berfluktuasi menyebabkan timbulnya beberapa isu utama dalam akuntansi
untuk translasi mata uang asing:
1) Kurs nilai tukar manakah yang harusnya
digunakan untuk mentranslasikan saldo dalam mata uang asing ke dalam mata uang
domestik?
2) Aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang manakah yang
beresiko terhadap perubahan nilai tukar?
3) Bagaimana sebaiknya keuntungan
dan kerugian translasi harus dicatat?
Transaksi Mata Uang
Asing
Ciri utama yang istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing
adalah penyelesaiannya dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Transaksi mata
uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan
pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing.
FAS No. 25 merupakan
pernyataan standar akuntansi untuk mata uang asing yang berisi :
a. Pada
tanggal suatu transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, pendapatan, beban,
keuntungan atau kerugian yang terjadi dari suatu transaksi harus diukur dan
dicatat dalam mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan dengan
menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada tanggal tersebut.
b. Pada
setiap tanggal neraca, saldo-saldo tercatat yang berdenominasi dalam suatu mata
uang selain mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan harus
disesuaikan untuk mencerminkan kurs nilai tukar terkini.
Berdasarkan hal ini,
penyesuaian kurs nilai tukar valuta asing (yaitu keuntungan atau kerugian atas
transaksi yang telah terjadi ) perlu dibuat pada saat terjadi perubahan kurs
nilai tukar di antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian. Apabila
laporan keuangan disusun sebelum penyelesaian transaksi, penyesuaian akuntansi
(yaitu keuntungan atau kerugian dari transaksi yang belum diselesaikan) akan
sama dengan perbedaan antara jumlah yang awalnya dicatat dan jumlah yang
disajikan dalam laporan keuangan.
FASB menolak pandangan yang menyatakan
bahwa pembedaan perlu dibuat antara keuntungan dan kerugian dari transaksi yang
sudah diselesaikan dan yang belum diselesaikan, karena pembedaan seperti itu
tidak dapat diterapkan dalam praktik. Terdapat dua perlakuan akuntansi atas
keuntungan dan kerugian transaksi yang dapat diterapkan.
Perspektif
Transaksi Tunggal
Berdasarkan perspektif tramnsaksi tunggal, penyesuaian
niali tukar (baik yang sudah diselesaikan atau belum) diperlakukan sebagai
penyesuaian terhadap akun-akun transaksi yang awal berdasarkan premis bahwa
suatu transaksi dan penyelesaiannya merupakan suatu peristiwa
tunggal.
Perspektif Dua Transaksi
Berdasarkan perspektif dua
transaksi, penagihan piutang dalam krona dianggap sebagai peristiwa terpisah
dari penjualan yang menyebabkan timbulnya piutang tersebut.
Translasi
Mata Uang Asing
Perusahaan yang beroperasi secara internasional
menggunkan berbagai metode untuk menyatakan aktiva, kewajiban, pendapatan dan
beban yang dinyatakan dalam mata uang asing menjadi dalam mata uang domestik.
Metode translasi ini dapat diklasifikasikan, yaitu:
a. Metode Kurs
Tunggal
Metode kurs tunggal, yang sudah lama popular di Eropa, menerapkan
satu kurs nilai tukar yaitu kurs terkini atau kurs penutupan, untuk seluruh
aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang sing umumnya
ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat
pos-pos tersebut diakui. Namun demikian, untuk memudahkan pos-pos ini umumnya
ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang
tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan metode ini, laporan keuangan sebuah
operasi asing (yang dipandang oleh induk perusahaan sebagai perusahaan otonomi)
memiliki domisili pelaporannya sendiri, lingkungan mata uang local di mana
perusahaan afiliasi asing melakukan usahanya.
b. Metode Moneter –
Nonmoneter
Menggunakan skema klasifikasi neraca untuk menentukan kurs
translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan
kurs kini. Pos-pos nonmoneter (aktiva tetap, investasi jangka panjang dan
persediaan) ditranslasikan dengan menggunakan kurs historis. Pos-pos laporan
laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan yang
dijelaskan untuk konsep kini-nonkini. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa,
metode moneter-nonmoneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk
menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang
kurang tepat.
c. Metode temporal
Dengan menggunakan metode temporal
translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian uang
nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur,
melainkan hanya mengubah unit pengukuran.
Kurs Kini yang
Tepat
Kurs nilai tukar yang digunakan dalam metode translasi mengacu pada
historis dan kurs kini. Kurs rata-rata sering digunakan dalam laporan laba rugi
untuk pos-pos beban. Beberapa Negara menggunakan kurs nilai tukar yang berbeda
untuk transaksi yang berbeda. Dalam situasi ini, harus dipilih beberapa kurs
nilai tukar yang ada. Beberapa alternative yang disarankan adalah: (1) kurs
pembayaran deviden, (2) kurs pasar bebas, dan (3) kurs penalti atau preferensi
yang dapat digunakan, seperti yang terkait dengan kegiatan impor atau
ekspor.
Keuntungan dan Kerugian Translasi
a.
Penangguhan
Dikeluarkannya penyesuaian translasi dari laba periode sekarang
umumnya dianjurkan karena penyesuaian ini hanyalah hasil dari proses penyajian
ulang. Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak
perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus
kas mata uang local yang dihasilkan dari entitas asing. Oleh karena itu, akan
cenderung menyesatkan jika memasukan penyesuaian seperti itu ke dalam laba
sekarang. Berdasarkan keadaan ini, penyesuaian translasi harus diakumulasi
secara terpisah sebagai bagian ekuitas konsolidasi.
b. Penangguhan dan
Amortisasi
Beberapa pihak mendukung penangguhan keuntungan atau kerugian
translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos
neraca terkait.
c. Penangguhan Parsial
Pilihan ketiga dalam akuntansi ntuk
keuntungan atau kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera
mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah
direalisasikan. Meskipun terdengar konservatif, penangguhan keuntungan translasi
semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya
perubahan kurs.
d. Tidak Ditangguhkan
Pilihan terakhir adalah untuk
mengakui keuntungan atau kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera
mungkin, pilihan ini memandang penangguhan dalam bentuk apa pun bersifat palsu
dan cenderung menyesatkan.
Perkembangan Akuntansi Translasi
•
Sebelum 1965
Praktik translasi kebanyakan perusahaan AS dipandu oleh
Accounting Research Bulletin (ARB No. 4) yang kemudian diterbitkan kembali
sebagai Bab 12 dalam ARB No. 43. Pernyataan ini mendorong penggunaan metode
kini-nonkini. Keuntungan atau kerugian transaksi langsung dimasukan ke dalam
laba. Keuntungan atau kerugian bersih saling dihapuskan selama periode berjalan.
Kerugian translasi bersih diakui dalam laba tahun berjalan, sedangkan keuntungan
translasi bersih ditangguhkan dalam akun penundaan neraca dan digunakan untuk
menghapuskan kerugian translasi pada masa mendatang.
• 1965-1975
Bab 12
ARB No. 43 memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode kini-nonkini. Dalam
keadaan tertentu, persediaan dapat ditranslasikan berdasarkan kurs historis.
Utang jangka panjang yang timbul Karena pembelian aktiva jangka panjang dapat
ditranslasikan berdsarkan kurs kini apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar
besar (dan dianggap tetap). Setiap berbedaan akuntansi disebabkan oleh penyajian
ulang utng diperlakukan sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva.
Menstralasikan seluruh utang dan piutang dalam mata uang asing berdasarkan kurs
kini diperbolehkan setelah Accounting Principle Board Opinion No. 6 dikeluarkan
pada tahun 1965. Perubahan terhadap ARB No. 43 kini memberikan pilihan translasi
yang lain bagi perusahaan.
• 1975-1981
Untuk mengakhiri keaneragaman
perlakuan yang diperbolehkan menurut standar translasi sebelumnya, FASB
mengeluarkan FAS No.8 yang kontroversial pada tahun 1975. Penangguhan keuntungan
dan kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi. Keuntungan dan kerugian
translasi dan transaksi mata uang asing harus diakui dalam laba selama periode
perubahan kurs nilai tukar.
Reaksi perusahaan terhadap FAS 8 beraneka ragam.
Beberapa pihak mendukung dasar teori yang digunakan, sedangkan banyak yang lain
mengecam karena distorsi yang dapat ditimbulkan dalam laba perusahaan yang
dilaporkan. FAS No.8 dikritik karena menyebabkan hasil akuntansi yang tidak
sesuai dengan kenyataan ekonomi. Pengaruh yo-yo FAS No.8 terhadap laba
perusahaan juga menimbulkan perhatian di kalangan eksekutif sejumlah perusahaan
multinasional. Mereka mengkhawatirkan laba perusahaan yang dilaporkan akan
terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestic dan
dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan.
• 1981-hingga
kini
Pada bulan Mei 1978, FASB mengundang komentar publik terhadap 12
pernyataan pertama yang dikeluarkannya, dimana banyak yang menanggapi
ketidakpuasan publik tentang FAS No. 8 sehingga FASB mempertimbangkan kembali
FAS No. 8 dan setelah melalui banyak ertemuan dan dua draft sementara,
menerbitkan Statement Of Financial Accounting Standards No. 52 pada tahun
1981.
Isi Standar No.52
Tujuan translasi menurut FAS No.52
berbeda secara substansial dari tujuan menurut FAS No.8. FAS No.8 menggunakan
sudut pandang induk perusahaan dengan mengharuskan laporan keuangan dalam mata
uang asing disajikan seakan-akan seluruh transaksinya terjadi dalam mata uang
dola AS. Standar No. 52 mengakui bahwa baik sudut pandang induk perusahaan dan
anak perusahaan merupakan kerangka dasar pelaporan yang sah, oleh kerana itu
aturan translasinya dirancang untuk :
e. Mencerminkan, didalam laporan
keuangan konsolidasi, hasil dan hubungan keuangan yang diukur dalam mata uang
primer (utama) yang digunakan oleh setiap entitas konsolidasi melakukan kegiatan
usahanya (mata uang fungsionalnya-functional currency)
f. Memberikan
informasi yang secara umum sesuai dengan ekspektasi pengaruh ekonomi dari
perubahan kurs nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas suatu
perusahaan.
Translasi Apablia Mata Uang Lokal Merupakan Mata Uang
Fungsional
Jika mata uang fungsional merupakan mata uang asing yang
digunakan dalam catatan entitas, laporan keuangannya ditranslasikan ke dalam
dolar dengan menggunakan metode kurs kini.keuntungan atau kerugian translasi
yang timbul diungkapkan sebagai komponen terpisah dalam ekuitas konsolidasi. Hal
ini mempertahankan rasio laporan keuangan jika dihitung dari laporan keuangan
dalam mata uang lokal. Prosedur kurs kini yang digunakan yaitu :
g. Seluruh
aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing ditranslasikan ke dalam dolar dengan
menggunakan kurs nilai tukar per tanggal neraca, akun modal ditranslasikan
berdasarkan kurs historis.
h. Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan
menggunakan kurs nilai tukar pada tanggal transaksi, meskiun kurs rata-rata
tertimbang dapat digunakan untuk kepraktisan.
i. Keuntungan dan kerugian
translasi tersebut dilaporkan sebgai komponen terpisah dalam ekuitas pemegang
saham konsolidasi. Penyesuaian nilai tukar ini tidak akan masuk ke dalam laporan
laba rugi hingga operasi luar negeri tersebut dijual atau nilai investasinya
dianggap telah hilang secara permanen.
Translasi Apabila Dolar AS
Merupakan Mata Uang Fungsional
Apabila dolar AS merupakan mata uang
fungsional suatu entitas asing, maka laporan keuangan dalam mata uang sing
diukur ulang ke dalam dolar dengan menggunakan metode temporal. Seluruh
keuntungan dan kerugian transaksi yang berasal dari proses translasi dimasukan
ke dalam penentuan laba berjalan. Secara khusus :
j. Aktiva dan kewajiban
moneter dan aktiva nonmoneter yang dinilai berdasarkan harga pasar terkini
ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar per tanggal laporan keuangan,
pos nonmoneter lainnya dan akun modal ditranslasikan berdasarkan kurs
historis.
k. Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata
kurs niali tukar selama periode berjalan, kecuali untuk pos-pos nonmoneter yang
ditranslasikan dengan menggunakan kurs historis.
l. Keuntungan dan kerugian
translasi tercermin dalam laba periode berjalan.
Translasi Apabila
Mata Uang Asing Merupakan Mata Uang Fungsional
Suatu entitas asing dapat
menggunakan sebuah mata uang asing dalam catatan akuntansinya apabila mata uang
fungsionalnya adalah mata uang asing lainnya. Dalam situasi ini, laporan
keuangan pertama-tama disajikan ulang dari mata uang lokal ke dalam mata uang
fungsionalnya (metode temporal) dan kemudian ditranslasikan ke dalam dolar AS
dengan menggunakan metode kurs kini.
Translasi Mata Uang Asing dan
Inflasi
Suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi suatu Negara dan
nilai eksternal mata uangnya telah ditunjukan secara empiris. Alhasil,
penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva nonmoneter
yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai
ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah dari pad dasar
pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh
lebih besar sehubungan dengan beban depresiasi yang juga lebih rendah.
FASB
menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena yakin bahwa
penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penialian biaya
historis yang digunakan dalam lporan keungan di AS. Solusinya, FAS No. 52
mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar
negeri yang berdomisili di lingkungan dengan hiperinflasi (yaitu negara-negara
dengan tingkat inflasi kumulatif melebihi 100 persen selama periode tiga
tahun).
Translasi Mata Uang Asing di Negara Lain
Kanada (CICA
1650), perbedaan untama antara standar di Kanada (CICA 1650) dan FAS No.52
menyangkut utang jangka panjang dalam mata uang asing. Di Kanada, keuntungan dan
kerugian dari translasi ditangguhkan dan diamortisasi.
Inggris (IAS 21),
perbedaan utama antara standar di Inggris dan di AS berkaitan dengan anak
perusahaan yang berdiri sendiri di negara-negara yang mengalami hiperinflasi. Di
Inggris, laporan keuangan pertama-tama harus disesuaikan terhadap tingkat harga
kini dan kemudian ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
Australia dan
Selandia Baru menerbitkan standar pada tahun 1988. Bila dibandingkan dengan FAS
No.52, standar Australia mengharuskan penilaian kembali aktiva tidak lancar
nonomoneter untuk anak perusahaan di Negara-negara berinflasi tinggi sebelum
dilakukan translasi.
Jepang, akhir-akhir ini telah mengubah standarnya dengan
mengharuskan metode kurs kini di segala keadaan, dengan penyesuaian translasi
yang disajikan pada neraca dalam ekuitas pemegang saham.
Tren
Kini
Translasi mata uang asing masih tetap merupakan isu teknis yang
menyulitkan dan kontroversial. Jumlah perusahaan melakukan pencatatan saham
secara internasional dan mengikuti IAS, atau sekarang IFRS (International
Financial Reporting Standards-Standar Pelaporan Keuangan Internasional), semakin
meningkat dan bursa efek di seluruh dunia berada di bawah tekanan yang semakin
meningkat utnuk menggunakan IFRS sebagai pengganti standar domestic untuk
pencatatan saham perusahaan-perusahaan asing. (Banyak bursa efek telah melakukan
hal ini). Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan asing diperbolehkan untuk
menggunakan standar internsional (IAS 21) dab bukan standar AS (FAS No.52) dalam
masalah translasi mata uang asing. Pada saatnya nanti, FASB mungkin akan
meyelesaikan perbedaan-perbedaan antara FAS No.52 dengan IAS 21, dengan condong
kepada standar internasional.
Daftar Pustaka
Choi, Frederick
D.S and Gary K. Meek. 2010. International Accounting. Buku 1. Salemba Empat.
Jakarta